Tekan Laju Inflasi, Disperindag Jateng Gencarkan Operasi Pasar
![Tekan Laju Inflasi, Disperindag Jateng Gencarkan Operasi Pasar](https://operasipasar.com/uploads/blog/202210/img_6351ab2b990ba9-98142354-41414536.jpg)
Semarang - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah (Jateng) mencatat angka inflasi di Provinsi Jateng mencapai 1,19 persen pada September 2022 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 112,78. Salah satu pemicunya yaitu kenaikan harga BBM.
Catatan BPS Jateng menyebutkan bahwa kenaikan harga pada indeks kelompok transportasi memberi pengaruh terbesar terhadap inflasi, yaitu mencapai 8,63 persen. Sehingga harga barang maupun jasa turut mengalami kenaikan, seperti harga bensin, beras, solar, angkutan antar kota, dan konsumsi rumah tangga.
Selain itu, laporan yang dirilis BPS Jateng juga menyebutkan bahwa harga komoditas pangan pada bulan September lalu yang mengalami penurunan turut menahan laju inflasi, misalnya cabai, bawang merah, dan daging ayam.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Jateng Arif Sambodo saat dikonfirmasi mengatakan bahwa harga komoditas pangan tersebut justru cenderung mengalami deflasi.
“Harga bahan pangan cenderung deflasi karena ada jenis komoditas yang sebelumnya memang sudah tinggi contohnya cabai dan bawang, tetapi September malah ada kecenderungan untuk turun dan ini mempengaruhi,” katanya saat ditemui di Kantor Disperindag Jateng belum lama ini.
Sebagai upaya untuk menekan laju inflasi dampak dari kenaikan harga BBM yang diberlakukan pemerintah sejak awal September lalu, Disperindag Jateng sudah menyiapkan beberapa langkah. Salah satunya yaitu menggencarkan operasi pasar.
Operasi pasar atau operasi Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) yang sudah gencar dilakukan sejak awal bulan ini untuk memantau dan memonitoring stabilitas harga dan ketersedian pangan yang dijual di pasar-pasar. Terutama beras yang menjadi komoditas pangan utama.
Arif menyebutkan bahwa jumlah pasar tradisional di Jateng mencapai sekitar 800-an. Bersama pemerintah daerah di masing-masing kabupaten/kota, operasi pasar akan terus digencarkan.
“Khusus komoditi yang mengalami kenaikan tetapi ada pengaruhnya itu adalah komoditi beras, baik jenis premium maupun medium September. Itu memang ada pengaruhnya, karena beras memang komponen yang mempengaruhi inflasi, tetapi harganya masih di bawah HET,” katanya.
Diketahui harga beras di pasaran naik di kisaran Rp 500 hingga Rp 1.000. Kenaikan ini terjadi sejak awal September lalu.
Operasi pasar atau KPSH dari Disperindag bersama Perum Bulog ini menjadi upaya untuk menahan kenaikan harga kebutuhan pokok yang berdampak pada laju inflasi.
“Memasuki Oktober ini kita mulai melaksanakan operasi pasar bersama Perum Bulog. Kami sudah cek gudang-gudang ketersediaan masih aman dan harga yang dijual relatif murah. Kami lakukan koordinasi dan pengawasan ke titik-titik yang ditengarai harganya tinggi,” sambungnya.
Selain itu, sebagai langkah antisipasi menekan laju inflasi, pihaknya juga mengimbau dan mengawasi masyarakat agar tidak menimbun bahan pokok, sehingga tidak berpengaruh pada kelangkaan dan stabilitas harganya.
Dengan langkah ini diharapkan inflasi dapat lebih ditekan kembali. Khususnya terhadap kebutuhan bahan pokok yang pergerakannya dinamis. Berbeda dengan inflasi yang dipicu akibat kenaikan harga BBM.
“Penimbunan pangan sejauh ini kita tidak menemui, karena ada tim yang setiap kali melakukan ceking. Ketersediaan pangan harus benar-benar dijaga,” ungkap Arif.